Barcodenya dimana, ya?
A7: Kebingungan Tuan Neo
Di ruang komando yang serba putih dan steril, Tuan Neo menatap data yang mengalir dari Desa Sukma Sirna. Matanya berkedip-kedip, seolah tidak percaya. Data yang dikirimkan oleh Vektor sangat akurat, tetapi narasi di baliknya begitu absurd hingga sistemnya mengalami error.
"Laporan: Perang Ngaco, Perang Paling Waras. Status: Data tidak dapat diverifikasi."
Tuan Neo menghela napas robotiknya. Ia memprogram ulang Vektor untuk mengabaikan cerita "Pabrik Ngaco" dan "peta kucing". Baginya, data adalah segalanya, dan cerita hanyalah polusi. Ia memerintahkan Vektor untuk kembali ke Desa Sukma Sirna dengan satu misi: mendapatkan data yang murni, tanpa narasi konyol.
"Aku tidak bisa memproses kebodohan," gumam Tuan Neo. "Mereka itu anomali yang harus dihilangkan. Sebuah peradaban tidak boleh dibangun di atas kebodohan. Ia harus dibangun di atas logika."
Tuan Neo tidak tahu bahwa ia salah. Ia tidak sedang menghadapi sebuah kebodohan, tetapi sesuatu yang jauh lebih kuat: kearifan lokal. Sesuatu yang tidak bisa diukur oleh data, tidak bisa diprogram, dan tidak bisa dipahami oleh logika.
A8: Gerakan Ondel-Ondel
Pagi itu, Vektor kembali ke Desa Sukma Sirna, kali ini dengan tiga drone pengintai. Ia mengaktifkan sensor dan memindai setiap sudut desa. Ia mencari anomali panas, mencari sinyal komunikasi, mencari apa pun yang bisa ia proses.
Di ujung jalan, Mang Duloh berdiri, mengawasi para warga yang sedang menampilkan tarian ondel-ondel. Suara gendang dan terompet memenuhi udara. Vektor mengklasifikasikan suara ini sebagai "musik tradisional, tanpa ancaman". Namun, ia tidak tahu bahwa suara itu adalah sinyal rahasia.
Tiba-tiba, Mang Ibom dan warga lainnya mulai bergerak secara acak, seperti orang kesurupan. Mereka menari, melompat, dan tertawa. Vektor memindai setiap gerakan mereka. Analisis data menunjukkan: Gerakan acak, tidak terorganisir, tidak memiliki pola. Tidak ada ancaman.
Tetapi, Vektor tidak menyadari bahwa setiap gerakan itu adalah bagian dari sebuah rencana. Drone yang ia kirimkan untuk melacaknya, kini sudah terkontaminasi oleh frekuensi yang mereka pancarkan. Drone itu kini bergerak secara random, dan mengirimkan data random pula kepada Tuan Neo.
A9: Vektor, Kucing dan Pohon Sirih
Sore itu, Vektor berjalan sendirian di tengah desa. Ia telah mengunduh semua data dari drone, tetapi data itu tidak berguna. Semuanya adalah kekacauan. Ia menatap nanar ke tabletnya yang menampilkan sinyal error. Ia tidak tahu harus melaporkan apa kepada Tuan Neo.
Tiba-tiba, seekor kucing datang menghampirinya. Kucing itu meong, lalu mengusap-usapkan badannya di kaki Vektor. Vektor mengaktifkan sensor, tetapi ia tidak bisa memproses data tentang kucing. Matanya bingung.
Tepat saat itu, Kang Jojo muncul. Ia tersenyum, lalu menepuk pundak Vektor. "Sistemmu tidak akan pernah bisa memahami kucing. Karena kucing itu bukan data, dia adalah misteri. Dan misteri itu adalah hal yang paling waras di dunia ini."
Vektor menatap ke sekeliling. Ia melihat warga desa yang kini berdiri, tidak lagi menari, tetapi tersenyum kepadanya. Ia menyadari, ia telah kalah. Ia telah datang ke sini untuk mengalahkan mereka dengan data, tetapi yang ia dapatkan adalah sebuah kearifan yang tidak bisa ia proses.
Ia telah berhasil mengelabui dirinya sendiri.
[Petunjuk: Ini bukan akhir dari petualanganmu! Temukan barcode selanjutnya di rimbunan pohon sirih (Piper betle L.)!]
Komentar
Posting Komentar
Mari kita ledakan dunia ini dengan kebahagiaan!