Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari 14, 2014

PROSA HADRIAN DZULFAQOR

Berawal dari kekhawatiran yang melingkari hari. Betapa tidak, hari rabu akhir Januari itu isteriku mulai merasakan gejala kelahiran dari sosok bayi yang dikandungnya. Hingga kami pun berangkat ke Mak Bagong, sang paraji di Kamurang. Namun malam kamis, sehabis magrib, bundamu kembali di bawa ke rumah di depok, lalu mencoba periksa di Rumah Bersalin MATERNA-Cilodong. Namun bidan di sana hanya menganjurkan untuk USG, hasilnya masih ada kemungkinan seminggu lagi. Masya Allah, rintihan isteriku menghiasi malam Kamis hingga malam Jum’at, pulang-pergi ke RB. MATERNA tak terasa sudah pagi, hari Jum’at tanggal 01 Pebruari 2010.             Segala doa kupanjatkan, segala nasihat kujalankan, segala cara kugunakan, namun usaha dan upaya belum menyentuh hasil. Abhimu pasrah…, tak tega mendengar rintihan bundamu, kutanya pada nenekmu, adakah mak paraji di sini?. Ternyata Bu Haji di seberang adalah seorang paraji juga. Akhirnya abhimu mer...

ASAL BAHASA...

     Kisah ini dimulai dari zaman pra-bahasa. Ketika manusia belum mampu berkomentar dengan baik (baca:komunikasi), apalagi baca-tulis. Mereka baru melahirkan tahap bahasa dengan menggunakan bahasa isyarat melalui penggunaan jari tangan atau mata. Maka berkembanglah bahasa isyarat tersebut hingga peradaban detik ini yang disebut 'gesture'. Sering kali manusia yang sudah beradab melengkapi pembicaraannya dengan penggunaan 'gesture' ini. Contohnya,"Pergi kamu!" sambil mengangkat jari telunjuknya ke arah tertentu. Bahkan ada yang memberi isyarat melalui 'kedipan mata' pada seseorang untuk menyampaikan sesuatu yang dirahasiakannya.      Pada zaman pra-bahasa ini, manusia hanya mampu berkata,"ach-uch-ah-uh!" untuk mengungkapkan persetujuan atau penolakan, sehingga kehidupan berlangsung sangat sederhana sekali. Maka perkembangan selanjutnya hingga detik yang baru saja lewat, manusia sering mnggunakan 'yel-yel' tertentu untuk men-support se...