Jumat, 07 Juli 2017

Metafora Hidup Hanya Tiga Hari



ASALIST POST


Bangun Tidur, Lalu Hidup Hanya Dua Hari

Selama kita masih menghirup oksigen, sesungguhnya kita hanya mengalami perulangan dari hari ke hari. Siang dan malam hanyalah untuk membedakan antara gelap dan terang, matahari kita tetaplah yang itu juga. Bumi yang kita tinggali pun tidaklah berbeda dengan yang kemarin. Lalu kenapa kita harus ‘hidup tergesa-gesa’ seakan dunia segera berakhir hanya karena ada kata ‘sudah malam’, sudah sore, dan lain-lain. Konsep waktu dan hitungan kalender bisa saja menjadi penjara bagi kehidupan manusia, meski dengan manisnya disebut sebagai peradaban. Kita hanya mengalami ritme suksesi dari hari ke hari, kita terjebak dalam 'keinginan yang menjadi sebuah alasan untuk hidup, alasan itu pun terkesan dibuat-buat karena kurangnya pencahayaan dalam otak kita yang hampir buta untuk memahami bahwa 'segala sesuatu ada, lahir, bergerak, tumbuh dan berakhir mati adalah pasti terhimpun, terangkum dan terpetakan dalam Kuasa-Nya, Dia-lah yang mengatur segala sesuatu.
Mari kita cermati hidup kita semenjak mata kita terbuka di pagi hari. Kita menyebutnya 'bangun tidur'. Andaikan kita rela untuk membuat simpulan hidup sepanjang usia yang tengah kita jalani dalam ‘putaran sang waktu’ ini dengan sebuah metafora tentang “HIDUP DUA HARI”.
Ketika kita lahir serupa ‘bayi kecil-mungil’ dan membahagiakan, itulah hidup kita di pagi hari. Kisah sang waktu ini pun, akan sangat beragam sesuai kehendak sang pencipta yang melahirkannya.  Lalu kita pun beranjak menjadi anak remaja dan dewasa, itulah serupa ‘sang pagi’ mulai bergerak menyambut sinar mentari untuk singgah ‘di siang nan panas’ dengan ‘semangat dan emosi meraih mimpi masa depan.
Tanpa terasa, petang pun menjelang menyapa ‘dewasa’ yang mulai ‘ringkih’ dibalut tua renta. Hingga matahari tenggelam melahirkan ‘sang malam’ sebagai isyarat ‘manusia telah menutup mata’ untuk mengakhiri ‘hidupnya. Inilah sebuah masa terlelap dalam tidur serupa di ALAM KUBUR. Tersenyum dengan mimpi indahnya karena selama siang hari tadi mampu membahagiakan dan menghidupkan harinya. Namun ada pula yang meringis dan menangis karena didera mimpi buruk yang berkepanjangan karena hanya bisa mencipta siang hari yang sia-sia tanpa guna. Nestapa dirasa sepanjang lelapnya, menanti HARI KEDUA sebagai HARI PERHITUNGAN dan HARI PEMBALASAN. Inilah hari dimana sangat tergantung dari sebelumnya yang tidak dapat terulang. Manakala kita mampu mempersiapkan diri untuk HIDUP DI HARI KEDUA, tentunya kita akan bahagia di hari kedua tersebut. Semisal hari pertama sebelum tidur kita ‘menyimpan bekal yang cukup berupa makanan dan buah yang ranum’ maka di pagi hari pada hari kedua pun kita akan mampu tersenyum. Namun jika sebaliknya, membuang waktu percuma di hari pertama, maka hari kedua pun menjadi hampa.Itulah umpama hidup kita saat ini, lalu mati di alam kubur, kemudian berjumpa dengan alam akhirat yang penuh keabadian. Hidup dalam dua hari tak dapat terulang, demikian pula hidup kita yang panjang dengan lima tahapan alam. Alam jiwa, alam janin, alam dunia, alam kubur dan alam akhirat, semuanya pun tak mungkin dapat terulang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.
Saya akan coba membantu untuk memahami segenap alam tersebut dengan beberapa sentuhan alam kekini-an. Alam jiwa, tentu saja dengan perihal ‘bangun tidur’ tadi. Sang janin mulai berjiwa bisa kita rasakan ketika detik pertama kita ‘terbangun’ dari tidur. Kemanakah jiwa kita di kala ‘terlelap’ tidur. Itulah simulasi ‘mati’ bagi kita. Setelah kematian, kita pun memasuki babak baru dimensi kehidupan yang disebut alam kubur.  Alam ‘janin’ pun serupa dengan kehidupan di alam kubur dengan ‘ketiadaan’ oksigen, tumbuhan maupun hewan. Tuhan telah mengajari kita, bagaimana sang janin hidup dan tumbuh dalam ‘kegelapan’. Memahami ‘alam kubur’ tak mungkin terjangkau secara logika. Karena tuhan memberi karunia rasa di hati yang disebut iman. Namun bagi hati yang mendapatkan petunjuk sang pencipta, maka cukuplah perumpaan kehidupan sang janin untuk membangun keyakinan dan keteguhan iman.
Lalu, bagaimana dengan perihal akhirat, surga dan neraka? Apa perumpamaan kehidupan abadi di sana? Silakan anda pelajari kehidupan immortal Jellyfish dan hewan laut yang disebut Hydra. Kedua hewan tersebut hanya dua contoh yang ternyata mampu hidup abadi.  Hydra ini adalah sebuah hewan yang hidup di laut dan fakta unik berikutnya tentang keberadaan hewan ini adalah ternyata hewan ini memiliki ketahanan tubuh yang luar biasa hebat. Menurut survey yang berkembang, Hydra ini adalah hewan yang tidak akan pernah mengalami masa ketuaan karena kemampuan dirinya yang bisa memperbaiki bagian tubuh yang hilang atau mengalami kerusakan. Selain itu juga bisa mengeluarkan racun dalam dirinya yang berbahaya sehingga jika di logika Hydra jni tidak akan bisa mati. Namun di dunia, setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Maka Hydra ini pun sewaktu-waktu bisa mati karena sebab yang lain dan tidak terduga.
Selain Hydra, ada pula Immortal Jellyfish. Dilihat dari namanya saja, hewan yang satu ini terkenal sebagai hewan abadi di dunia. Immortal Jellyfish ini adalah hewan sejenis ubur-ubur yang bisa bertahan hidup dengan sangat baik. Hal ini dikarenakan fase hidup ubur-ubur abadi ini yang terus terulang dari fase dewasa kembali ke fase anak-anak. Tidak diketahui bagaimana fase itu bisa terjadi, namun karena hal inilah membuat ubur-ubur abadi ini bisa kita lihat hingga sekarang meskipun keberadaannya sudah lama sejak jaman dahulu. Kemampuan untuk beradaptasinya juga sangat baik sehingga ubur-ubur ini dapat hidup di lingkungan yang mungkin tidak memberikannya keuntungan. Selain itu, bentuk Immortal Jellyfish ini juga sangat indah dibanding dengan ubur-ubur lainnya.
Itulah sebuah contoh, bagaimana di akhirat nanti semua manusia akan hidup abadi, diabadikan oleh tuhan sang pencipta dalam sebuah dimensi kehidupan yang disebut surga dalam usia muda sebaya. Lalu ada sebagian manusia hidup dalam dimensi kehidupan yang disebut neraka, dengan mengalami siksa yang berulang-ulang serta mengalami pertumbuhan kulit dan tulang yang berulang-ulang pula. Agar dirasa sakit yang tiada terkira secara berulang-ulang, sebagaimana di masa hidup dunia berlaku kejahatan tanpa bosan, berulang-ulang. Semoga Allah menjaga kita semua dari segala kecelakaan. Amiin
Itulah sekelumit metafora tentang ‘bangun tidur lalu hidup dua hari’
 

Amal Ilmiyah dengan Ilmu Amaliyah di Al Hikmah #UNIDA

BERKIBAR di Langit Belajar

ASALIST POST Bagi yang ingin pemaparan tentang Psikologi Pembelajaran, silakan down load di sini : https://www.dropbox.com/home?preview=EK...

Ada Apa di Balai Sakola Desa 5.0