Mata Indahđź’™
Karya : Kirei Castilla
Malam ini,
Aku menatap banyak bintang
Dan satu satu mereka mulai berlomba menjadi yang paling gemilang
Namun sayang.. Mata indah mu yang tetap menjadi pemenang.
Jika kamu adalah sosok pemilik nayanika di bawah bentangan Bumantara.
Enggan kah kau berlari bersamaku?? berteriak pada seisi dunia bahwa kita akan SELAMANYA....
Jejakmuđź’”
(Asalist)
Akhirnya aku tahu antara citeureup dan cimandala, ada yang terentang serupa
benang,
yakni matamu; mata berdebu
Sesekali tarikan gasku meraung di jalan panjang dan tubuh berpeluh
Bayangmu tumbang di antara serak kontainer
dan motor lalu-lalang
Kiranya siapa yang lebih mengerti selain sunyi yang kian mati
Matamu menyiratkan lubuk
terdalam, bayangan di dasarnya terkurung
terbenam angan, trotoar panjang telah menelantarkan pepohonan
Matamu menyiratkan sesuatu yang
padam, sesuatu yang geram
antara jalan pahlawan dan sabilillah adalah jalan rindu, begitu seruku
teramat lapang ini langit,
teramat sulit untuk digigit
Aku kian bergairah, melaju-menyapa
angkot, bus kota, tambal ban, kaki lima….
segala barang dan jasa ikut
berseru dari hunianku, ikut berseru sepi yang menguap
Jejakmu tak merupa benang pintalan biasa
Bukan pintalan si tua bangka yang dengan gemetar,..
menenun kenangan lama di helaian
kain satin
Bilamana kebosanan ini padu menjadi bau karbondioksida,
Siapa yang bakal sanggup menenun
makna cinta yang berubah menjadi kain perca?
isyarat matamu kian berdebu, sekumparan kabut lembut penggenap kalut
tapi siapa yang sanggup menahan awan menjadi hujan?
Karena itu seberat rindu menjadi kaku.
Di sepanjang kali yang merana, dibekap sampah dan limbah melimpah-ruah
tak bersuara tak berseru, semua
kotoran bercumbu, dan bening air pun serupa batu.
Akhir tahun 2013, adalah cinta yang
mengalir deras
melahirkan air terjun yang menimpa hati yang kian mengeras,
sesuatu yang baru, berpadu digenapkan gerak bibirmu...
Akhirnya sajakpun bermutasi, dari kepenatan menjadi himpunan bahasa yang
tak perlu diberi tahu
dan aku akan berucap mengenai
jalan malam yang menjelma tubuhmu
kiranya kau tak mengerti, sajak tumbuh di dagumu, punggungmu, matamu dan
hidungmu
di segala yang ada padamu menumbuhkan gairah sajak ;