Jumat, 04 Oktober 2013
Asalist Post #5 (Ken Barshiso)
Ken Barshiso
Penasaran kisah sebelumnya, Klik saja link berikut :
Zona integritas wilayah utara yang terdiri dari wilayah Gardenia, Lavenia, dan Stovia merupakan satuan wilayah dalam genggaman wali kota yang bernama Ben Zahel. Dialah penggerak utama persona Betavia wilayah barat daya. Semua anggota harus tunduk dan patuh di bawah perintahnya. Dia memiliki akses langsung dengan Tuan Samiri, dia juga merupakan pelaksana utama program pemerintah Jacky Wide di Betavia.
Misi senyap Tuan
Samiri di wilayah utara kota Betavia berada di bawah komando Ben Zahel. Dukungan
teknologi tinggi, fasilitas dan akses militer rahasia dia kuasai. Ketangguhan
dan keberanian di medan laga dia miliki. Kemampuan beladiri dan keterampilan
menggunakan berbagai senjata tradisional dan modern tidak diragukan lagi. Tak
seorang pun berani menentang perintah Ben Zahel. Dia mendukung
kelancaran program revolusi mental pemerintah Jacky Wide menuju Betavia yang
bebas. Membangun peradaban manusia Betavia yang maju dan gemilang. Bebas tanpa
aturan agama dan keyakinan apa pun tentang kekuasaan, selain kekuasaan manusia.
Beberapa kegiatan
keagamaan dan organisasi perjuangan ketuhanan pada awal masa pemerintahan Jacky Wide masih dapat ditemukan.
Namun dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir seluruhnya dapat dihancurkan dan
dikisis habis sampai ke akar-akarnya. Semua ormas dan kegiatan keagamaan
dianggap mengganggu proses revolusi mental manusia yang tengah bergerak maju ke
puncak dunia. Ben Zahel menyebarkan persona ke mulai dari wilayah barat daya
hingga seluruh penjuru Betavia. Bergerak menyebarkan keyakinan kekuasaan
manusia. Melarang kegiatan-kegiatan keagamaan baik secara halus maupun dengan
kekerasan.
Para tokoh agama
yang tetap bergerak akan mengalami nasib tragis. Mereka diseret sekeluarga
dalam misi senyap, tanpa diadili
kemudian dibawa ke sebuah pulau hasil reklamasi untuk dieksekusi. Tanpa jejak tanpa pemberitaan. Tempat
peribadatan kelompok keagamaan telah dijadikan simbol-simbol sejarah dan
menjadi destinasi wisata dengan taman-taman yang indah memesona mata.
Salah seorang
tokoh agama Assalam yang fenomenal di
Betavia di masa peralihan revolusi mental pemerintah Betavia adalah tentang Ken Barshiso. Dia merupakan pemuka agama Assalam yang pada masa awal
pemerintahan Jacky Wide begitu dikagumi dan diagungkan. Para muridnya, yang
disebut santria dan santrina terkenal dengan kemampuan beladiri tingkat tinggi.
Banyak para
santria dan santrina dapat melakukan pemanjatan gedung tinggi tanpa alat dan
teknologi. Mampu melompat secepat kilat dari gedung tinggi yang satu ke gedung lainnya. Teknik parkour yang
menakjubkan pada masanya. Mereka berbudi pekerti manusia sejati dikarenakan
baik hati. Para penolong dan pembela manusia teraniaya. Mereka memuja dan memuji ‘Khalika Sang Pencipta’
dalam setiap gerakannya.
Lembaga
pendidikan di bawah pengaruh Ken Barshiso disebut zona religia. Dalam zona
religia inilah berkumpul para tokoh dan pemuka agama Assalam. Membangun
organisasi yang memiliki fanatisme tinggi terhadap agamanya. Bahkan beberapa
santria sering bentrok fisik dengan warga Betavia yang cenderung ingin hidup
bebas, tanpa kepatuhan pada tatanan atau kekuasaan lainnya. Namun santria selalu dapat menguasai keadaan dan membuat
warga Betavia tak berkutik. Warga Betavia akhirnya memilih untuk
bersikap diam dan
berhati-hati untuk mencari kondisi
yang nyaman dari hukum yang dijalankan oleh para santriana dari zona religia.
Suatu masa di
akhir bulan September 2030. Ben Zahel menindak-lanjuti informasi dari
para persona tentang gerakan kelompok Ken Barshiso. Gerakan santria dan santrina yang menjadi pembela
individu. Para santrina menentukan hukum yang dianut sesuai akida atau
peraturan yang ditetapkan oleh Ken Barshiso. Hukum itu disebut Akida Sharia. Beberapa hukum yang
diterapkan para santria dan santrina tanpa peduli dengan hukum ‘kebebasan’ kota Betavia di bawah
kekuasaan pemerintah. Ken Barshiso dan Hukum-hukum tersebut diantaranya adalah
cambuk dan potong, rajam, dan pancung atau kisos. Kisos artinya nyawa dibalas
nyawa, darah dibalas darah. Sedangkan cambuk adalah hukuman yang paling ringan.
Penerapan hukum ini pun cukup bebas dan berani. Santria atau santrina akan
menangkap individu atau persona yang bersalah. Kemudian dibawa ke Zona religia,
diadili dan dieksekusi.
Tentu saja gerakan tersebut cukup mengganggu keberlangsungan
hukum kebebasan yang digaungkan oleh Tuan Samiri melalui komando Ben Zahel, di
bawah pemerintah Jacky Wide. “Aku harus menemui Ken Barshiso, meski kekuatannya
belum dapat terukur.” Guman Ben Zahel di ruang kendali computerize atau ruang pengawasan kota Betavia. Dalam ruangan ini
semua persona Betavia dan titik kegiatan masyarakat kota Betavia sudah
terintegrasi dengan satelit dan internet map melalui kamera pengintai. “Para
persona belum ada yang mampu menandingi kemampuan dan keterampilan para
santriana Ken Barshiso. Harus ada cara untuk meruntuhkan kekuatan mereka.” Ben
Zahel begitu keras berpikir.
Ben Zahel
pun mencoba mengutus persona ke tempat kediaman Ken Barshiso, zona religia. Mereka berdiskusi tentang zona religia dan program pemerintah Jacky Wide,
tentu dengan presentasi tentang kekuasaan Tuan Samiri di Asia Raya. Utusan
Ben Zahel bertanya dan ingin
mempelajari bagaimana Ken Barshiso mendidik santria dan santrina menjadi
generasi yang memiliki keterampilan yang luar biasa.
Mereka bicara tentang kitab langit, tentang kitab manusia. Utusan
Ben Zahel menampilkan sosok yang penuh perhatian. Ken Barshiso mulai tergoda janji Ben Zahel untuk mendukung lembaga
dan organisasi zona religia.
Setelah percaya dengan
presentasi utusan Ben Zahel. Ken Barshiso yang pada awalnya menyangka bahwa Ben
Zahel adalah tokoh atheis dan penganut self-sentris ternyata akhirnya jauh panggang dari api. Kini mereka bertemu dan mampu
bekerjasama. Hampir setiap waktu weekend keduanya bertemu untuk berdiskusi
tentang kekuatan manusia dan kekuatan lain di semesta yang mereka pahami.
Hingga munculah istilah ‘brain storming’ di kalangan santria dan santrina demi
mengetahui kegiatan yang dilakukan antara Ken Barshiso sang guru mereka dengan
Ben Zahel sang penguasa barat daya betavia.
Akhirnya Ken Barshiso mulai menarik hipotesa dan memberikan penilaian
sementara bahwa Ben Zahel adalah tokoh yang penuh dengan keilmuan, memahami
ketuhanan, memahami tekhnologi dan teologi peradaban manusia serta memahami
seluruh kandungan kitab langit. Ken Barshiso pun mulai bereaksi dengan meminta
agar Ben Zahel bersedia menemuinya. Hubungan Ken Barshiso dengan Ben Zahel
semakin erat. Hingga angin pun berubah arah, Ken Barshiso merasa heran dengan Ben
Zahel.
“Ada yang ganjil dengan Ben
Zahel ini. Kenapa dia tidak menyembah Khalika? Kenapa dia meng-agungkan
manusia?” pikir Ken Barshiso dalam ‘tafakur
malam’nya.
Beberapa kali Ben Zahel telah berkunjung ke zona religia untuk membahas dan mempelajari
hukum dan ketaatan para santriana Ken Barshiso. Tentu hal ini dilakukan Ben
Zahel untuk menarik perhatian dan simpati dari Ken Barshiso. Ini cukup berhasil
dalam waktu yang tidak cukup lama. Hingga suatu saat Ken Barshiso justru
menemui Ben Zahel.
Tujuan Ken Barshiso tentu ingin membumikan ajaran dan hukum
‘assalam’ yang dia jalankan. Dia berharap Ben Zahel bisa menjadi bagian dari zona religia, membangun kota
Betavia dengan landasan hukum Akida Sharia dari ajaran Assalam. Sebuah tuntunan
hidup berdasarkan kitab langit, El
Karem.
Namun apa jawab
Ben Zahel ketika Ken Barshiso mulai memaparkan tentang Akida Sharia dari ajaran
Assalam. “Menyembah manusia adalah pengabdian sesungguhnya kepada
Khalika. Sudah pastikah Anda masuk Zannata? Belum! Itu hanya potensi, fiksi!
Setiap gerak saya adalah pengabdian, diatur oleh yang maha mengatur, yaitu
Khalika. Kita akan binasa, untuk apa berlelah-lelah beribadah sepertimu, Ken
Barshiso? Dirimu akan
mendapatkan kenikmatan di dunia, kenikmatan dalam ibadah dalam setiap gerak,
setiap pemikiran. Tenang, tentram, tanpa terbebani Zannata atau Narraka.” Jela Ben Zahel.
“Kita
manusia harus bebas dari dosa, suci dan mensucikan diri. Maka kamu akan
mendapatkan kebahagiaan di dunia hingga masa-masa selanjutnya. Aku Ben Zahel,
sudah hidup abadi, aku mengetahui dari era-zahila hingga masa kini. Semua
karena tuan Samiri, semua karunia Tuan Dazale, yang gemilang sepanjang masa.”
Imbuh Ben Zahel menyesatkan dengan rangkaian katanya.
“Lalu aku harus bagaimana supaya bebas sepertimu?” Tanya ken
Barshiso
“Lakukan dosa semaumu terlebih dahulu, lalu nanti kau
bertaubat kepada Khalika yang kau yakini sebagai sang pencipta. Maka kau akan
menikmati pengabdianmu, ibadah-ibadahmu, tanpa terikat oleh duniawi. Kau tak
perlu bersantap lagi, tak membutuhkan minum lagi, karena zikirmu akan mampu
mencukupimu!” Kembali Ben
Zahel menjelaskan.
“Itu sangat tidak
mungkin aku lakukan, wahai Ben Zahel!” Ken Barshiso menimpali. “Why not? Kita
adalah manusia yang tidak sempurna, dan tidak berdaya. Lakukanlah untuk
menunjukan bahwa kita tidak berdaya untuk berbuat kebaikan, lakukan saja untuk
memahami proses pertaubatan, bagaimana engkau mampu merasakan indahnya
bertaubat jika dirimu belum bergelimang dosa? Just thinkin’ about it!” Ungkapan
Ben Zahel semakin menyesatkan.
“Okay, give me a
time in three days! Aku kira cukup waktu untuk menentukan keputusan dalam tiga
hari.” Jawab Ken Barshiso guna menyudahi brain storming kali ini.
---- to be
continue untuk “chapter” Tiga
Sumber Malapetaka.
Amal Ilmiyah dengan Ilmu Amaliyah di Al Hikmah #UNIDA
BERKIBAR di Langit Belajar
ASALIST POST Bagi yang ingin pemaparan tentang Psikologi Pembelajaran, silakan down load di sini : https://www.dropbox.com/home?preview=EK...
Ada Apa di Balai Sakola Desa 5.0
-
Inspirasi faktual, klik saja! Embrio Asalist Perihal apa yang akan diceritakan di sini mungkin saja akan mudah dilupa setelah Anda baca. Hal...
-
Pilih 2 (dua) pertanyaan yang kamu anggap lebih mampu menjawabnya! 1. Jelaskeun ku hideup pengertian kawih! 2. Naon anu dimaksud panjejer a...