Asalist
sebenarnya tidak dapat diberi nama, dan ia juga tidak dapat dijelaskan dengan
kata-kata. Asalist yang sesungguhnya hanya dapat dipahami dengan melalui
kesadaran rohani manusia melalui abtraksi bernama ‘iman’. Akan tetapi, untuk
dapat memudahkan orang mengerti akan Asalist ini, maka inti Asalist harus
dijelaskan dengan kata-kata. Asalist secara harafiah dapat dikatakan sebagai
"jalan kembali" atau "jalan”. Untuk dapat lebih memahami
"jalan" ini, maka ada tiga makna yang dapat dipelajari:
1. Asalist
adalah Jalan dari Kenyataan Terakhir. Asalist tidak dapat ditangkap karena
tidak melampaui jangkauan panca indera. Asalist melampaui segala pikiran dan
khayalan. Oleh sebab itu, kata-kata tidak akan dapat menjelaskan Asalist yang
sesungguhnya. Asalist adalah proses mempersembahkan perbuatan kepada yang maha
besar dan merupakan azas totalitas segala benda dan kehidupan. Tuhan yang memulakan dan tidak bermula adalah
substansi yang mewujudkan segala benda, termasuk makhluk hidup, juga merupakan
sumber asal dari setiap awal dan setiap akhir.
Makna Asalist yang pertama dan terdasar ini dapat diketahui,
hanya melalui kesadaran mistik yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.
2. Asalist
adalah Jalan Alam Semesta, sedangkan Tuhan memiliki sifat kekal, berkehendak
dan berbuat. Asalist akan menjadi penggerak dari alam semesta ini, yaitu
sebagai kaidah, irama, dan kekuatan pendorong seluruh alam, dan juga sebagai
asas penata yang berada di belakang semua yang ada. Tuhan meliputi seluruh alam, sehingga dalam setiap “benda” yang mutlak bersifat berubah akan
tercermin maha pencipta, sebagaimana
manusia melihat, maka tercerminlah Tuhan Yang Maha Melihat. Dalam keterbatasan
manusia, akan tercermin Tuhan Yang Maha Luas dan Maha Sempurna.
3. Asalist adalah
Jalan Manusia Menata Hidupnya, Tuhan juga memberikan petunjuk kepada manusia
mengenai kehidupan yang seharusnya dijalani oleh manusia supaya selaras dengan
cara bekerja alam semesta ini. Hal
ini berkaitan dengan pemahaman tentang Asalist dan etika Asalistis lainnya.